USAHA budidaya jangkrik biasanya dilakukan di kawasan pinggiran kota. Tapi, Agus Saputra (22), melakukannya di kota, tepatnya di kawasan Jalan Karya Wisata Medan yang merupakan kediamannya. Alasannya, dengan membuka usaha di kota, ia lebih gampang memasarkannya. “Pasar yang akan saya ambil adalah warga perkotaan, baik di sekitar kediaman maupun di wilayah Kota Medan,” ujar Agus yang ditemui wartawan koran ini di kediamannya.
Dikatakan Agus, ia meyakini kalau tempat usahanya berada di Kota akan memberikan keuntungan. Sebab, ia mencari peluang pasar kepada para penghobi memancing yang menggunakan jangkrik sebagai umpan dan juga untuk aduan. Kemudian sebagai pakan ternak burung berkicau dan ikan hias. “Pemasaran jangkrik cenderung meningkat setiap tahun seiring makin banyaknya peminat burung berkicau dan ikan hias yang menggunakan jangkrik sebagai panganannya,” ujar Agus.
Dalam pemasarannya, banyak konsumen datang dari Deli Serdang, Binjai hingga Padang Sidempuan. Agus menjual harga jangkriknya 1 kg seharga Rp30 ribu hingga Rp40 ribu. Sementara di tingkat eceran, jangkrik dijual Rp1.000 per 15 ekor. “Tiap pekan, jangkrik yang saya jual mencapai 10 ribu hingga 12 ribu ekor jangkrik,” kata dia.
Soal keuntungan, ia mengaku mendapat untung yang lumayan besar. Meski tidak mau membuka mulut soal keuntungannya, tapi Agus bilang mendapat untung ratusan ribu dalam sepekan. “Selain budidayanya mudah, juga tidak membutuhkan modal besar,” bilangnya.Usaha ini tidak membutuhkan lokasi yang luas dan modalnya kecil. Hanya menggunakan tripleks, papan bekas, dan bambu bahkan kardus untuk kandang jangkrik.
Sumber : hariansumutpos.com