Pages

Subscribe:

Labels

Yertle, The Turtle King

turtle2“I have a nice story, yg dikarang oleh Theodor Seuss Geisel, pengarang buku cerita anak-anak terkenal, cerita ini tentang seekor kura-kura bernama Yertle.


Yertle adalah raja kura-kura di sebuah kolam yang aman dan damai. Setiap hari ia duduk di takhtanya, yakni sebuah batu di tengah kolam. Suatu saat ia berpikir, andai takhtanya lebih tinggi, tentu ia dapat melihat banyak hal yang indah di luar kolam.


“Yertle mendapat akal. Ia memerintahkan sembilan ekor kura-kura untuk saling menaiki punggung, sehingga tersusun tinggi ke atas. Lalu ia naik ke punggung kura-kura paling atas dan melihat pemandangan yang luas dari tempat tinggi.


Mack, kura-kura yang berada paling bawah, mengeluh kesakitan. Namun, Yertle tidak peduli. Ia terus memerintah supaya jumlah tumpukan kura-kura ditambah. Sampai akhirnya, jumlah kura-kura yang bertumpuk adalah 5.816 ekor. Ketika itulah Mack – yang berada di paling bawah – bersendawa.


Lalu bergoyanglah kura-kura lain di atasnya. Akibatnya, Yertle yang berada di ketinggian jatuh, dan mati.




Yg jelas selalu ada ‘upah’ saat kita mulai tamak dan sombong dengan kedudukan.. entah kekayaan, kepandaian, kecantikan, karir, gelar, bla-bla-bla dst… just becarefull… somehow when we try too much.. its can kill us..


jangan remehkan pula ‘orang bawah’ – karena dialah yg biasanya menjadi orang pertama dan penentu dalam ‘proses jatuh’ kita

10.08 | 0 komentar | Read More

Puzzle Story

butterfly_puzzleMmm.. aku punya cerita.. just hope this story can inspired u.. Aku lupa dari mana sumbernya.. yang jelas dari salah satu buku-bukuku. Mungkin ceritanya pun nggak tepat seperti ini (aku agak lupa juga..).. already inspired me… for many years..


Beberapa tahun lalu, saya pernah mendapat hadiah unik berupa lima ratus keping puzzle. Supaya bisa membentuk gambar yang indah, saya harus menyusun lima ratus keping itu di tempat yang tepat. Menyusunnya tidaklah mudah dan memakan waktu lama, sebab setiap keping itu tampak serupa walau sesungguhnya masing-masing unik. Baru setelah tersusun rapi, saya puas melihat gambar indah yang terbentuk.


Saat penyusunan puzzle, saya jadi ingat akan kehidupan di sekitarku.. setiap kita ini bagaikan sekeping puzzle. Tanpa orang lain, setiap kelebihan dan kekurangan yang kita miliki menjadi sia-sia. kelebihan dan kekurangan itu baru berfungsi ketika tiap-tiap orang mau hidup saling berbagi, saling mengisi, dan saling melayani.


‘Klik’ dalam setiap puzzle itu seakan melambangkan kelebihan hanya akan berguna saat kita bertemu orang lain, dan kekurangan akan terkikis saat kita dirangkul orang lain… Pada saat itulah, seperti puzzle – kehidupan manusia akan disusun dengan rapi oleh ALAM.. menjadi sebuah gambar kehidupan yang indah dan harmony..


Kita tak dapat memaksa ALAM untuk memberi kelebihan atau kekurangan tertentu. Dia akan memberikannya “seperti yang dikehendaki-Nya”. Lebih penting lagi, jika mau merelakan diri untuk dibentuk dan ditempatkan ALAM pada posisi yang tepat dalam kehidupan. Izinkan Dia menguasai hidup kita-dan hal biasa pun dapat berubah menjadi hal yang luar biasa..

10.07 | 0 komentar | Read More

Empat Lilin

lilinAda 4 lilin yang menyala di dalam sebuah kamar, sedikit demi sedikit lilin tersebut habis meleleh dan suasana terasa begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.


Aku adalah “Damai“. Namun manusia tak mampu menjagaku : maka lebih baik aku mematikan diriku saja !” Demikianlah sedikit demi sedikit sang Lilin Damai padam.


Aku adalah “Iman“. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkan Lilin Iman tersebut.


Dengan sedih giliran ketiga berbicara : Aku adalah “Cinta“. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mecintainya, membenci keluarganya. ” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin Cinta tersebut.



Tanpa terduga…. ANAK pemilik rumah itu masuk ke dalam kamar untuk mengambil ‘benda-benda’ milik-Nya di sana, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena dia tidak bisa melihat jelas dalam gelap, ia berkata : ” Ekh, apa yang terjadi ? Kalian harus tetap menyala, Aku tidak mau rumah-Ku gelap !”


Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.


Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Harapan yang ada dalam hati kita. Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-Nya !


(Cerita ini mengingatkan aku tentang seorang ANAK yang pernah memungut aku dari kamar-Nya yang (dulu) gelap)

.

10.07 | 0 komentar | Read More

Anjing Cerdas

anjingSeorang tukang daging heran ketika melihat ada anjing yang masuk ke tokonya, dia beberapa kali mencoba mengusir anjing itu, tetapi beberapa kali juga anjing itu selalu kembali lagi ke tokonya.


“Dengan penuh tanda tanya, akhirnya tukang daging tersebut mulai mendekati dan mengamati anjing tersebut. Penjual daging itu terkejut ketika ia mendapati bahwa ada sebuah kertas kecil yang tergantung di leher anjing itu dan bertuliskan : “Berikan aku 12 sosis dan 1 paha kambing”. Penjual daging itupun makin terkejut lagi ketika ia mendapati bahwa anjing itu juga menggigit uang 20 dollar – jumlah yang cukup untuk membeli ‘pesanan’ anjing itu.


“Dengan merasa agak aneh, penjual daging itu mengambil uang dari mulut anjing itu, menyiapkan ‘pesanannya’, membungkus 12 sosis dan 1 paha kambing ke dalam sebuah tas plastik, lalu memberikannya kepada anjing itu. Anjing itu pun dengan sigap menggigit pegangan tas plastik itu … lalu ngeloyor pergi.


“Penjual daging sangat penasaran dengan anjing tersebut. Kebetulan saat itu sekitar pukul 5 sore.. “Waktu tutup toko !” penjual daging itu berkata. Ia lalu bergegas menutup tokonya secepat mungkin, dan segera mengikuti ke mana anjing itu pergi.


“Saat anjing itu akan menyeberangi jalan – penjual daging mengamatinya – anjing itu meletakkan tas plastiknya, lalu melompat untuk menekan Tombo Penyeberangan. Sesaat, anjing itu menunggu lalu-lintas aman, dan anjing itu pun menyeberang jalan bersama tas plastiknya.



“Disudut jalan, anjing itu berhenti di sebuah halte bus, lalu mengamati Jadwal Bus yang ada di situ. Lalu dengan sabar, anjing itu duduk di kursi tunggu – menunggu bus datang.


” Sebuah bus pun datang, anjing itu segera berlari-lari berusaha melihat bagian belakang bus – yang biasanya terpampang no seri tujuannya, rupanya itu bukan bus yang ia cari, dan anjing itu pun kembali duduk di kursi tunggu.


“Beberapa menit kemudian, bus lain datang. Seperti tadi, anjing itu langsung berlari ke belakang bus untuk melihat nomor serinya. Dan dengan segera, anjing – dengan tas plastik yang masih dimulutnya – segera bergegas masuk ke dalam bus. Si tukang daging pun ikut-ikutan masuk ke dalam bus – kali ini dengan mulut melongo.


“Setelah sekitar 20 menit perjalanan, Anjing itu pun lalu turun di depan sebuah rumah megah, sambil berlari-lari kecil dengan barang bawaannya, anjing itu masuk ke pelataran rumah itu. Sang tukang daging pun juga ikut turun dari bus dan mengamatinya.


“Saat sampai di depan pintu depan, anjing itu lalu meletakkan barang bawaannya di tangga – mundur beberapa langkah – lalu lari dan membenturkan badannya ke pintu. Hal ini dilakukannya beberapa kali.


“Merasa tidak berhasil membuka pintu depan, anjing itu lalu berlari ke samping rumah – memanjat tembok kecil yang ada di situ – lalu membentur-benturkan kepalanya pada sebuah jendela. Lalu ia turun dan segera berlari ke depan pintu depan lagi.


“Beberapa saat kemudian seorang pria gemuk keluar dari pintu depan, sambil berteriak, “Dasar anjing bodoh !” Pria itu pun membentak-bentak anjing itu, memukulnya, dan menendangnya, sambil mengumpat beberapa kali.


“Merasa ‘tidak terima’ , si tukang daging itu pun menghampiri si pemilik rumah sambil berseru, “Hey ! apa yang kau lakukan ? anjing ini jenius, bahkan anjingmu ini layak untuk muncul di TV !”


Tidak mau kalah, Pria pemilik rumah itu pun menjawab, “Apa kau bilang ? jenius ?” Pria gemuk itu melanjutkan, “Sudah dua kali dalam seminggu – anjing ini lupa membawa kunci pintu depan ! benar-benar bodoh ! dasar anjing tolol !”.





…Orang kadang kala tidak pernah puas dengan apa yang ia dapatkan. Seperti halnya dalam perusahaan, sering kita lihat, bahwa pimpinan sering tidak tau bagaimana cara menghargai pegawai-pegawainya – yang telah dengan setia melayani dan ‘mencarikan uang’ baginya. Saya sendiri sering sekali melihat, bagaimana banyak perusahaan kehilangan orang-orang terbaiknya – karena sang pemimpin gagal memberikan penghargaan yang pantas bagi para pegawainya.


Pegawai seringkali harus pasrah menerima kenyataan, bahwa bagaimanapun pimpinan tetap memiliki kekuatan dan otoritas yang ‘tak terlawan’. Si pimpinan sendiri pun terus berusaha menonjolkan superioritasnya – lewat cara mereka memberikan perintah dan ‘teladan’ – seolah-olah ‘aku’ adalah ‘luar biasa’ dan ’segalanya’.


Kalo boleh dibilang, mereka ini adalah orang-orang tolol. Dan semua orangpun tahu akan hal ini (kecuali mereka sendiri). Mereka tidak akan pernah puas, sekalipun orang-orang telah memberikan pelayanan terbaiknya.


Orang orang seperti ini tidak akan pernah mau menerima opini dan ide dari orang-orang dibawahnya. Kenapa ? karena mereka terlalu bangga pada dirinya sendiri.


Kenapa mereka tidak pernah puas ? karena mereka terlalu sibuk menutupi kekurangannya sendiri – dan kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa mereka ‘tidak sempurna’. Padahal, fakta selalu membuktikan bahwa orang yang produktif adalah orang yang lebih berorientasi pada “others-centered” dari pada “self-centered”.


Ada sebuah konsep terindah : pimpinan bukan berarti ‘penekan’, melainkan sebagai ‘pendorong’ . Ia adalah seorang ‘motivator’ bukannya ‘manipulator’. Kebahagiaannya adalah ketika ia dapat melihat bawahannya dapat bekerja penuh semangat, tanpa terpaksa, tanpa harus diawasi, dan tanpa diancam.

10.05 | 0 komentar | Read More

Nilai Sepuluh Bagi Tina

cewek“Tina, cewek berusia 17 tahun, Ia ramah, dan selalu menebar senyum ceriahnya. Tapi, Tina adalah seorang penderita “cerebral palsy”, sejenis kelainan tubuh, dimana beberapa bagian otot-otot tubuhnya kaku dan lumpuh. Karena kelainan ini pula, ia mengalami kesulitan untuk berbicara. Ia harus menggunakan alat bantu untuk menerobos hiruk-pikunya lorong sekolah.


Orang-orang agak enggan berbicara dengannya, mengapa ? Entahlah, mungkin karena ia kelihatan ‘berbeda’ dan siswa-siswa tidak tahu atau canggung untuk mendekatinya. Tetapi Tina adalah orang yang ramah. Ia tidak pernah bosan berkata “Hai” dengan orang-orang yang ditemuinya di lorong.


Tugas hari ini ialah menghafal puisi yang berjudul “Jangan Putus Asa”. Bobot nilai tugas ini hanya 10, berbeda dengan tugas-tugas lain seperti Quis- yang biasanya aku beri bobot 100 di kurikulum sekolah. Aku jadi ingat sewaktu sekolah dulu, jika ada guru yang memberi tugas dengan bobot nilai 10, pasti aku menganggapnya remeh ..yah karena itu tidak begitu penting, dan tidak berpengaruh banyak pada nilai indeks akhir semesterku.


Hari ini aku – seorang guru di sekolah ini – melihat Tina di kelasku untuk mengikuti tugas yang aku berikan pada murid-muridku. Aku menemukan ada yang lain pada dia.. ya ! dibalik senyum cerahnya itu ia seperti menyimpan kekhawatiran.. “Tidak usah cemas Tina” Kataku pada diri sendiri, “Bobot nilainya cuma 10.”


Aku mulai melaksanakan tugas yang aku berikan pada murid-muridku. Satu-per-satu mereka maju ke depan kelas – untuk mengucapkan puisi tanpa teks. Dan dapat kuduga, sebagian besar dari mereka ‘lupa’ atau hanya bisa menghapal sepotong dua potong kata dari puisi tersebut. Yah.. mereka juga tahu bahwa bobot nilai tugas ini hanya sedikit, dan aku tahu, mereka tidak begitu serius mempelajarinya.


Aku mulai bergurau pada mereka, “Jika ada yang masih tidak hapal, Bapak akan langsung suruh kalian push up 10 kali !”. Ya, ini hanya gurauan, dan seisi kelas pun tertawa karena ‘kekesalanku’ ini.



Aku tidak sadar, ternyata yang mendapatkan giliran maju ke depan kelas berikutnya adalah Tina.


Sepatah demi sepatah Tina mulai mengucapkan bait-bait puisi tersebut. Dan belum sampai akhir bait kedua… Ia mulai lupa. Sebelum aku mulai berkata, tiba-tiba Tina melempar alat bantu jalannya dan mulai mengambil posisi push up. Aku terkejut setengah mati, dan spontan berkata, “Tina, aku hanya bercanda !” Tina pun merangkak mengambil alat bantunya, kemudian – dengan bantuanku ia berdiri lagi, meneruskan puisinya.


Dan, Tina berhasil mengucapkan puisi itu secara sempurna ! tidak lupa sama sekali. Dia adalah salah satu diantara 3 muridku yang bisa mengucapkan puisi itu secara sempurna.


Ketika selesai berpuisi, salah satu murid bertanya padanya, “Tina, mengapa engkau bersikeras melakukannya ? Bukankah bobot nilainya cuma 10 ?” Tina memerlukan sedikit waktu sebelum menjawab, “Karena aku ingin seperti kalian, normal !”


Keheningan mulai menyelimuti seluruh kelas. Semua tiba-tiba diam – termasuk aku. Kesunyian ini pecah saat ketika seorang siswa berkata, “Tina, sejujurnya kami juga tidak normal, kami hanya anak-anak biasa, sering sekali berbuat kesalahan.”


“Aku tahu, ” Jawab Tina dengan senyum lebar menghias wajahnya.


Tina memperoleh nilai maksimal saat itu, Sepuluh ! dari bobot nilai yang sebesar 10 juga. Ia juga mendapatkan rasa sayang dan hormat dari teman-teman sekelasnya. Aku tahu betul, baginya, itu jauh lebih berharga dibandingkan nilai yang cuma berbobot sepuluh itu.


- Kisah nyata, Seperti yang dituturkan Tom Krause,br /Seorang Guru SMU di USA, pernah dimuat di Washington Post, 2002.

10.04 | 0 komentar | Read More

Kerjakan Yang Kau Mampu

swallowDi suatu hari saat musim gugur, seorang petani melihat seekor burung walet kecil berbaring telentang di tengah ladangnya. Petani itu berhenti mencangkul, dan menghampiri mahkluk kecil bersayap itu, lalu bertanya, “Mengapa kau berbaring dengan kaki ka atas seperti itu ?”


“Aku dengar musim gugur ini akan dahsyat sekali,  kata burung-burung disana, langit juga akan gugur dan runtuh seperti daun-daun itu.”


Petani itu heran. “Apakah menurutmu kau dapat menahan langit dengan sepasang kaki kecilmu itu ?”


“Bukankah setiap hewan harus mengerjakan apa yang mampu diperbuatnya?” jawab sang burung dengan tegas.


(D’ette Corona – 1999
10.03 | 0 komentar | Read More

Kasih Terbesar

anak-vietnam“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya…”


Pada suatu siang, sebuah peluru mortir mendarat di sebuah panti asuhan di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Seorang petugas panti asuhan dan dua orang anak langsung tewas, beberapa anak lainnya terluka, termasuk seorang gadis kecil yang berusia sekitar 8 tahun.


Orang-orang dari kampung tersebut segera meminta pertolongan medis dari kota terdekat.  Akhirnya, seorang dokter Angkatan Laut Amerika dan seorang perawat dari Perancis yang kebetulan berada di kota itu bersedia menolong. Dengan membawa Jeep yang berisi obat-obatan dan perlengkapan medis mereka berangkat menuju panti asuhan tersebut.


Setelah melihat keadaan gadis kecil itu, dokter menyimpulkan bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan yang sangat kritis. Tanpa tindakan cepat, anak itu akan segera meninggal kehabisan darah. Transfusi darah adalah jalan terbaik untuk keluar dari masa kritis ini.


Dokter dan perawat tersebut segera mengadakan pengujian singkat kepada orang-orang di panti asuhan – termasuk anak-anak,  untuk menemukan  golongan darah yang cocok dengan gadis kecil itu.  Dari pengujian tersebut ditemukan beberapa orang anak yang memiliki kecocokan darah dengan gadis kecil tersebut.



Sang dokter, yang tidak begitu lancar berberbahasa Vietnam – berusaha keras menerangkan kepada anak-anak tersebut – bahwa gadis kecil itu hanya bisa ditolong dengan menggunakan darah salah satu anak-anak itu. Kemudian, dengan berbagai bahasa isyarat, tim medis menanyakan apakah ada di antara anak-anak itu yang bersedia menyumbangkan darahnya bagi si gadis kecil yang terluka parah.


Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan, tetapi dalam keraguan ia menurunkan tangannya lagi, walaupun sesaat kemudian ia mengacungkan tangannya lagi.


“Oh, terima kasih,” kata perawat itu terpatah-patah. “Siapa namamu ?”


“Heng,” jawab anak itu.


Heng kemudian dibaringkan ke tandu, lengannya diusap dengan alkohol, dan kemudian sebatang jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini, Heng terbaring kaku, tidak bergerak sama sekali.


Namun, beberapa saat kemudian ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutupi wajahnya dengan tangannya yang bebas.


“Apakah engkau kesakitan, Heng ?” tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian Heng menangis lagi, kali ini lebih keras. Sekali lagi dokter bertanya, apakah jarum yang menusuknya tersebut membuatnya sakit, dan Heng menggelengkan kepalanya lagi.


Tetapi tangisan itu tidak juga berhenti, malah makin memilukan. Mata Heng terpejam rapat, sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan isakan tangis.


Tim medis itu menjadi khawatir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat anak kecil itu yang tampak tertekan – ia berbicara cepat dalam bahasa Vietnam. Perawat Vietnam itu mendengarkan jawaban anak itu dengan penuh perhatian, dan kemudian perawat itu menjelaskan sesuatu pada Heng dengan nada suara yang menghibur.



Anak itu mulai berhenti menangis – dan menatap lembut mata perawat Vietnam itu beberapa saat. Ketika perawat Vietnam itu mengangguk – tampak sinar kelegaan menyinari wajah Heng.


Sambil melihat ke atas, perawat itu berkata lirih kepada dokter Amerika tersebut, “Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira anda memintanya untuk memberikan seluruh darahnya agar gadis kecil itu tetap hidup.”


“Tetapi kenapa ia tetap mau melakukannya ?” tanya sang perawat Perancis dengan heran.


Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada Heng.. dan Heng pun menjawab dengan singkat :


“Ia sahabat saya..”



(Seperti yang ditulis oleh Kolonel dr. John W. Mansur, – termuat dalam buku “The Missileer”, New York, 2004)
10.02 | 0 komentar | Read More

Menebus Maaf, Melupa Salah

dua-sahabat


Apapun yang kau berikan kepada alam, suatu saat alam akan mengembalikannya, lengkap dengan bunga-bunganya …


Konon pada suatu masa di sebuah kota kecil, hidup dua orang pemuda. Mereka memang cukup ganteng dan populer di jamannya, tetapi di sisi lain mereka adalah cowok yang cukup bandel, liar, dan tidak pernah menghormati orang lain – sekalipun dilahirkan dari keluarga yang cukup terhormat.


Perilaku keliru ini belakangan menjadi kasus yang cukup serius ketika mereka mencuri domba dari peternak setempat. Dan hal ini adalah kejahatan yang cukup besar di masyarakat penggembala tersebut.


Sepandai-pandainya mereka, akhirnya cowok-cowok  itu tertangkap.



Karena malu, para orang tua kedua cowok itu segera mengusir dari rumahnya. Para penggembala pun mulai berunding untuk menentukan hukuman apa yang paling cocok bagi mereka. Para penggembala akhirnya memutuskan untuk memberi tatoo di jidat mereka dengan tulisan “ST”, singkatan dari “Sheep Thief” (pencuri domba). Karena bersifat permanen, maka tatoo ini akan kelihatan di dahi mereka seumur hidup.


Salah seorang diantara cowok itu cukup malu dengan tatoo tersebut, sehingga ia melarikan diri dari kota tersebut, dan tidak pernah ada kabar beritanya lagi.


Yang seorang lagi, dengan penyesalan mendalam dan tekad untuk memperbaiki hubungan dengan masyarakatnya. Ia memilih untuk tetap tinggal di kota dan mulai berbuat baik, terutama kepada warga yang pernah ia rugikan sebelumnya. Beberapa kali perbuatan baiknya ini malah menimbulkan kecurigaan dari masyarakat setempat, tetapi cowok itu tetap saja berbuat baik tanpa mempedulikan apa kata warga.


Setiap kali ada yang sakit, pencuri domba itu datang untuk merawat si sakit, membuatkannya bubur hangat dan menghiburnya dengan berbagai cerita-cerita lucu. Setiap ada kesibukan dan perayaan, pencuri domba itu selalu membantu dengan sukarela.


Ia tidak pernah memperhatikan apakah yang dibantunya itu kaya atau miskin. Kadang ia menerima tanda ucapan terima kasih, entah makanan maupun uang – tetapi lebih sering ia tidak pernah menerima apapun atas segala bantuannya – dan ia memang tidak pernah memperdulikan hal itu.


Beberapa puluh tahun kemudian, seorang turis datang ke kota itu – kota yang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan kehidupan pedesaan yang masih alami. Ketika singgah pada sebuah warung di pinggir jalan, pelancong itu melihat seorang lelaki tua, dengan tatoo “ST” di jidatnya – sedang duduk di kursi goyang. Mata teduh orang tua itu tertuju pada ribuan domba di ladang samping rumahnya yang cukup megah di desa itu.


Turis itu juga memperhatikan bagaimana orang-orang yang lewat di depan rumah itu selalu menyempatkan diri untuk bercakap-cakap dengan orang tua itu – dan menunjukkan sikap yang sangat hormat, seolah-olah orang tua itu adalah bapaknya sendiri.


Ia juga melihat banyak sekali anak-anak yang bermain di halaman rumah yang tidak memiliki pagar itu. Turis mengamati, sesekali anak-anak itu menghentikan permainan mereka dan memeluk mesra orang tua itu.



Karena penasaran, orang asing itu bertanya kepada pemilik warung, “Apa arti huruf ST yang tertulis di jidat orang tua itu ?”


Jawab pemilik warung, “Saya tidak tahu. Kejadiannya sudah lama sekali…” sahut pemilik warung. Setelah terdiam sejenak untuk merenung, pemilik warung tersebut melanjutkan, “… mmm, menurut saya tulisan itu singkatan dari kata ‘Santo‘. “

10.01 | 0 komentar | Read More

Gubug Terbakar

kebakaranDalam sebuah bencana kapal karam, seorang lelaki terdampar di pulau  terpencil. Demi bertahan hidup, ia belajar memanfaatkan segala yang  ada di pulau itu untuk dimakan. Bahkan dalam upaya melindungi diri,  ia berhasil membangun gubuk untuk berteduh. Berbulan-bulan ia  bertahan tanpa bantuan siapa pun.


Suatu hari, ketika kembali dari  berburu, ia mendapati gubuknya terbakar. Dengan badan lemas ia mengeluhkan nasibnya. Namun, ternyata justru dari situ datang  pertolongan baginya: asap dari gubuk terbakar itu memberi tanda untuk  datangnya kapal penolong.



Itulah salah satu cara unik alam dalam memelihara manusia.  Pembawa bau kematian dijadikan-Nya pembawa harapan akan kehidupan.

10.00 | 0 komentar | Read More

Petak Umpet

refleksiPada suatu saat Tuhan memberi tebakan kepada pada malaikat-malaikatnya, “Jika Aku mau bermain petak umpet dengan manusia, apakah kalian tahu dimana tempat yang paling aman untuk bersembunyi ?”


Malaikat pertama menjawab, “Di dalam laut terdalam !”


“Salah” jawab Tuhan. “Manusia tetap dapat menemukanku, dengan akal pikirannya mereka dapat menciptakan kapal selam canggih yang dapat memetakan seluruh isi laut.”


Malaikat kedua menjawab, “Di puncak gunung Himalaya !”


“Lebih salah lagi !” Tuhan menjawab, “Tanpa teknologi pun manusia dapat menjangkau tempat itu.”


Malaikat ketiga menjawab, “Di bintang atau planet yang sangat jauh dari bumi !”



“Kalau ini sangat konyol !” Tuhan tersenyum, “Tidak usah pergi-pergi jauh kesana pun, manusia sekarang sudah mampu mengintipnya dengan teropong !”



Setelah beberapa lama tidak ada jawaban dari para malaikat-Nya, Tuhan pun membeberkan jawaban tebakan itu.


“Jika ingin tidak terlihat, Aku lebih suka bersembunyi di dalam hati manusia, karena akhir-akhir ini manusia mulai jarang memperhitungkan hatinya..”


Tuhan lalu melanjutkan, “Berbahagialah manusia yang bersih hatinya, karena mereka dapat melihat Aku..”

09.59 | 0 komentar | Read More

Wajah Setan

Raja


“Keluarkanlah dulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas cara mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu..”



Pada suatu hari di negeri antah berantah, hidup seorang Raja yang sangat bengis. Ia sangat kejam dan sewenang-wenang. Tak segan-segan ia menjatuhkan hukuman mati, baik kepada rakyat maupun pengikutnya dengan alasan kurang jelas.


Raja itu tidak pernah mau dikritik. Selalu merasa benar adalah ciri khasnya. Pokoknya semuanya harus dikerjakan sesuai dengan keinginan dia, jika tidak, nyawa konsekwensinya.


Pada suatu saat, Sang Raja memiliki ambisi untuk menaklukkan dan menguasai negeri tetangga. Raja tahu betul bahwa negeri tetangga itu adalah kerajaan yang cukup kuat, prajuritnya berjumlah puluhan ribu orang, dan mereka memiliki seorang pemimpin yang sangat ahli dalam strategi perang.


Secepat mungkin Raja langsung menerapkan wajib militer bagi rakyatnya, tapi ternyata kekuatan perang yang ia miliki tetap tidak sepadan dengan musuhnya.


“Cobalah baginda menghubungi Nasredin” Salah satu penasehatnya berkata,”Dia adalah seorang bijaksana. Kata orang, dia bisa mengalahkan puluhan setan – cukup dengan berkata-kata saja”.



Dengan setengah tidak percaya, Raja segera datang menemui Nasredin.

“Kamu Nasredin ?” Raja bertanya. “Kata orang, kau adalah orang yang penuh pengetahuan, memiliki mantra dan kekuatan ajaib. Mereka bahkan mengatakan kalau kau adalah penakluk setan. Apakah benar itu ?”


“Begitulah kata orang” jawab Nasredin sekenanya.

“Kalau begitu, coba tunjukkan bagaimana wajah setan itu sendiri !” Seru Sang Raja dengan jengkel.


“Baiklah Paduka.” jawab Nasredin sambil tersenyum. Ia menyodorkan cermin kepada Raja dan berkata, “Silahkan paduka melihatnya sendiri.”

09.58 | 0 komentar | Read More

Hidup Seperti Warung Makan

warungCarilah maka kau akan menemukan,

ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu…


Seorang Kakek dan Nenek turun dari sebuah bus antar kota di sebuah terminal. Mereka telah menempuh perjalanan dari perjalanan wisatanya di luar negeri. Setelah turun dari pesawat, Kakek dan Nenek tersebut lalu menumpang bus yang telah mereka naiki ini.


Mereka memang berencana untuk langsung menuju kota dimana anak dan cucunya tinggal. Kakek dan Nenek tersebut ingin membagikan oleh-oleh yang mereka dapat dari liburan panjang di masa tuanya.


Dengan membawa barang bawaannya, mereka lalu berjalan menuju sebuah warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.


Kakek dan Nenek itu duduk bersandar di kursi kosong di warung. “Uuhh, sampai juga akhirnya..” Kakek itu menghela nafas. “Empat jam di dalam bus membuat kaki tuaku ini terasa kaku.”



Warung makan itu lumayan besar, dengan jumlah kursi sekitar 30-an buah. Terlihat para pelayannya hiruk pikuk membersihkan meja-meja. Warung itu memang cukup ramai, sekitar tiga per empat jumlah kursinya telah terisi oleh orang-orang yang menikmati makan siangnya. Kakek dan Nenek  itu dengan sabar menunggu pelayan menghampiri untuk menanyakan apa pesanannya.


Setelah lebih dari 20 menit, ternyata tak ada satu pelayan pun yang menghampiri mereka. Para pelayan selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Kakek itu lalu memberanikan diri untuk memanggil salah satu pelayan restoran itu.


“mBak, aku mau pesan makanan !” serunya. Dan seruannya itu terdengar oleh salah satu pelayan – yang kemudian datang menghampirinya. Mungkin karena kelelahan, pelayan itu langsung duduk di kursi sebelah depan si kakek itu.


Sambil menyeka keringatnya pelayan itu berkata,


“Wah pak, maaf, di sini warung prasmanan, jadi kalau bapak mau pesan, bapak harus menuju ke meja saji dekat kasir itu”


Pelayan itu lalu melanjutkan,


“Silahkan bapak ambil makanan dan minuman yang bapak suka, kemudian langsung saja bayar di kasir.”


“Oooo begitu..” kata sang kakek. Lalu mereka berdua langsung bergegas menuju meja saji dan melakukan apa yang dikatakan oleh pelayan itu.



Setelah mengambil dan membayar makanannya kakek dan nenek  itu langsung duduk di kursi yang mereka tempati tadi. Si pelayan juga masih berada di situ sambil mengipas-ngipas kepala dengan lap kecilnya.


Sambil mengunyah makanan, si kakek lalu bercerita.


“Tahu tidak, kalau warung makan ini mengingatkanku akan hidup.”


Sang Kakek melanjutkan.


“Kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan, asal kita mampu untuk membayarnya. Kita bisa jadi apa saja yang kita mau asal kita mau membelinya dengan harga yang sebanding, kerja keras dan pantang menyerah hanyalah sebagian harga yang harus kita bayar.”


Sambil mengiris daging di piring dengan sendoknya, Kakek itu berkata.


“Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi sukses, tapi sukses tidak akan datang jika kita hanya menunggu seseorang datang kepada kita. Untuk dapat menikmati kesuksesan – kita harus mau berdiri, berjalan, lalu mengambil kesuksesan itu – kemudian membayarnya  … yaah.. tepat seperti di warung prasmanan ini.”



Pelayan itu lalu tersenyum dengan hormat kepada Kakek itu, lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.

09.57 | 0 komentar | Read More

Sup dari Batu

supPada suatu hari, tiga orang bijaksana berjalan melintasi sebuah desa kecil.


Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah-sawah sekitarnya yang sudah tidak menghasilkan apa-apa lagi. Ya, memang telah terjadi perang di negeri itu – dan sebagai rakyat jelata – merekalah yang kena dampaknya. Macetnya distribusi pupuk, bibit, dan kesulitan-kesulitan lain membuat sawah mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa lagi. Cuma beberapa puluh orang yang masih setia tinggal di desa itu.


Sekonyong-konyong beberapa orang mengerubuti tiga orang bijaksana itu. Dengan memijit-mijit tangan dan punggung tiga orang itu, orang-orang desa memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apalah yang bisa dimakan.


Satu dari tiga orang bijaksana itu lalu bertanya kepada penduduk desa itu, “Apakah kalian tidak punya apa-apa, hingga kalian meminta-minta seperti ini ?”


“Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu-batu berserakan itu yang kita miliki.” Jawab salah satu penduduk desa.


“Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu-batu itu ?” Tanya orang bijaksana sekali lagi.



Dengan setengah tidak percaya, penduduk itu menjawab, “Mau..”


“Baiklah ikutilah petunjukku.” Orang bijaksana itu menjelaskan, “Pertama-tama, ambil tiga batu besar itu, lalu cucilah hingga bersih !” perintah orang bijaksana sambil menunjuk tiga buah batu sebesar kepalan tangan. Orang-orang pun mengikuti perintahnya.


Sesudah batu itu dicuci dengan bersih hingga tanpa ada pasir sedikitpun di permukaannya. Orang bijaksana itu lalu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang paling besar dan menyuruh panci itu untuk diisi dengan air. Ketiga batu bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci – dan sesuai dengan petunjuk orang bijaksana itu – batu-batu itupun mulai direbus.


“Ada yang dari kalian tau bumbu masak ? Batu-batu itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu.” Tanya orang bijaksana.


“Aku tahu !” seru seorang ibu, kemudian ia mengambil sebagian persediaan bumbu dapurnya, kemudian meraciknya, dan memasukkannya kedalam panci besar itu.


“Adakah dari kalian yang memiliki bahan-bahan sup yang lain ?” Tanya orang bijaksana itu. “Sup ini akan lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu saja.”


Beberapa penduduk mulai mencari bahan-bahan makanan lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian dua orang datang dengan membawa tiga kantung kentang. “Kami menemukannya di dekat kali, ternyata ada banyak sekali kentang liar tumbuh disana.” Katanya. Kemudian orang itu mengupas, encuci, dan memotong-motong kentang-kentang itu dan memasukkannya ke dalam panci.


Kurang dari satu menit, seorang ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. “Aku masih punya banyak dari kebun di belakang halaman rumahku.” Kata ibu itu, lalu ibu itu meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci.


Sesaat, datang pula seorang bapak dengan tiga ekor kelinci di tangannya. “Aku berhasil memburu tiga ekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa membawa lebih lagi, soalnya aku baru saja menemukan banyak sekali kawanan kelinci di balik bukit itu.” Dengan bantuan beberapa orang, tiga kelinci itu pun disembelih dan diolah kemudian dimasukkan ke dalam panci.



Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang sesuatu. Penduduk-penduduk yang lain tidak mau kalah, mereka pun mulai mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai pelengkap sup batu.


Kurang dari satu jam, beberapa penduduk mulai membawa kol, buncis, jagung, dan bermacam-macam sayuran lain. Tak hanya itu, anak-anak juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka berpikir akan enak sekali jika buah-buah itu bisa dijadikan pencuci mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu dari kambing piaraannya, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar yang bersarang di beberapa pohon di desa itu.


Beberapa jam kemudian sup batu itu telah matang. Panci yang sangat besar itu sekarang telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka cita, penduduk itu makan bersama dengan lahapnya. Mereka sudah sangat kenyang, hingga mereka lupa ‘memakan’ batu yang terletak di dasar panci.


Tiga orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk itu. Dan mereka pun sadar, sekarang waktunya mereka untuk meneruskan perjalanan. Mereka mohon diri untuk meninggalkan desa itu. Sebelum beranjak pergi, seorang bapak sekonyong-konyong memeluk dan menciumi ketiga orang itu sambil berkata, “Terima kasih telah mengajari kami untuk membuat sup dari batu..”

09.57 | 0 komentar | Read More

Sembuh

doaDi sebuah desa yang sama, tinggal Abdul, Ali, dan Karim. Abdul adalah seorang tukang batu, dia juga punya kebiasaan buruk yaitu bermabuk-mabukan dan tidur dengan wanita-wanita tuna susila.


Ali adalah seorang petani. Dia adalah seorang pekerja keras dan cukup taat dengan agama. Dia bekerja mengelola sawah dan ladangnya dari pagi hingga sore. Pada saat panen, tak lupa ia menyisihkan sepersepuluh hasil ladangnya untuk orang-orang tidak mampu.


Karim adalah seorang Imam. Ia sangat dikenal di desa itu karena ceramah-ceramahnya yang motivatif. Banyak orang kembali bertobat pada Tuhan saat mendengar ceramahnya. Ia adalah seseorang yang total melayani Tuhan.


Pada suatu hari, nasib yang cukup aneh menimpa mereka. Mereka bertiga terjangkit penyakit lepra. Karena sudah peraturan adat, mereka bertiga harus segera diasingkan dari desa tersebut. Penduduk kawatir mereka akan menyebarkan penyakit mengerikan itu. Sebuah gubug kecil pun dibuatkan oleh warga di pinggiran desa, dan mereka bertiga tinggal disana.


Suatu malam, mereka bertiga mendapatkan mimpi sama. Di dalam mimpi itu mereka mendengar Tuhan berkata, “Berdoalah, maka kalian akan sembuh.” Mereka pun segera melaksanakan apa yang dikatakan oleh mimpi tersebut. Setiap pagi dan malam mereka selalu berdoa meminta kesembuhan.


Setelah tiga hari, Abdul si pemabuk itu akhirnya sembuh. Dia segera pulang ke desa dan merasa sangat yakin bahwa Tuhan lebih menyayanginya dari pada dua orang yang lain itu.



Setelah tiga bulan, Ali si petani juga sembuh. Dia juga segera pulang ke desa dan terheran-heran mengapa Tuhan lebih sayang kepadanya dari pada si Karim yang notabene seorang Imam. “Reputasi suci imam itu pasti palsu !” gumamnya pada dirinya sendiri. Petani tersebut juga masih bertanya-tanya kenapa si pemabuk malah sembuh lebih dulu.


Tahun demi tahun pun berlalu. Karim si Imam tidak lelah berdoa kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan, namun kesembuhan itu tak kunjung tiba. Tak ada lagi orang-orang yang datang menjenguknya. Bahkan wajah dan tubuhnya sekarang sudah berubah menjadi mengerikan.


Pada suatu malam, si Imam tersebut akhirnya bermimpi lagi. Ia bermimpi mendengar suara Tuhan berkata,”Karim, aku tahu hatimu terusik dengan peristiwa ini, engkau tentu ingin tahu kenapa si pemabuk dan si petani itu kubiarkan sembuh terlebih dulu.”


Tuhan melanjutkan,


“Aku menjawab doa Abdul si pemabuk dengan cepat karena imannya. Percaya kepada-Ku selama tiga hari adalah seluruh Imannya. Jika Aku menundanya, mungkin dia akan putus asa lalu bunuh diri. Untuk si petani, aku menunda kesembuhannya selama tiga bulan, karena dia memiliki kepercayaan yang lebih besar kepada-Ku. Tetapi setelah tiga bulan, maka keyakinannya akan hilang dan dia bisa bertindak nekat juga.. Apakah engkau bisa mengerti ?”


Tuhan kembali melanjutkan,


“Karena engkau adalah imam-Ku yang setia, aku tidak bisa mengabaikan doamu. Engkau adalah teman-Ku dan engkau sangat memahami hati-Ku. Buktinya, semakin lama Aku menunda kesembuhanmu, keyakinanmu padaku malah semakin dalam. Bahkan sekarang engkau sudah tidak peduli lagi apakah engkau akan sembuh atau mati, engkau hanya ingin berdoa pada-Ku. Engkau tetap beriman pada-Ku tanpa peduli apapun yang terjadi padamu. Aku telah menjadi segala-galanya bagimu.”


Besok paginya, Imam itu terbangun dan ia telah sembuh dari penyakit lepranya. Dan untuk pertama kalinya dia menyesali kesembuhannya.

09.56 | 0 komentar | Read More

Perampok

perampokShiciri Kojun adalah seorang perajin tenun sutra. kata orang, ia bukan hanya sebagai seorang pengrajin kain – tetapi lebih dari pada itu, ia adalah seniman kain. Motif-motif kain sutra rajutannya sangat indah, sehingga tidak heran jika ia menjadi sangat terkenal karena karya-karyanya.


Pada suatu senja, saat Shiciri Kojun sedang merajut sutra, datanglah seorang perampok memasuki rumahnya. Perampok itu membawa sebilah pedang, yang langsung ditempelkannya ke leher Shiciri Kojun..  “Serahkan semua uangmu !” kata perampok itu.


Dengan tenang Shiciri berkata, “Semua uangku ada di laci itu, tapi jangan ganggu saya, karena saya sedang berkonsentrasi mengerjakan tenunan sutra ini..” Pencuri itu pun segera melepaskan pedang yang ditempelkannya di leher Shiciri, lalu berjalan dan bergegas membuka sebuah laci lemari yang ditunjukkan Shiciri.


Ketika perampok itu sedang memasukkan uang-uang itu di tasnya, tiba-tiba Shiciri berkata, “Jangan ambil semuanya, saya masih butuh seperempat dari uang itu untuk membayar pajak besok pagi.”


Entah mengapa, perampok itu menuruti kata-kata Shiciri. Ia pun hanya mengambil tiga per empat uang di laci itu. Setelah memastikan uang-uang tersebut telah tertata di tasnya,  perampok itu segera berjalan menuju pintu keluar.



Saat perampok itu hampir sampai di pintu, tiba-tiba Shiciri berkata dengan lembut, “Berterima kasihlah setelah engkau menerima hadiah”. Dengan setengah bingung, perampok itu lalu mengucapkan “Terima kasih” lalu pergi meninggalkan rumah Shiciri.


Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa perampok itu telah tertangkap. Setelah melalui berbagai proses, perampok itu mengakui segala perbuatannya, termasuk menyebutkan siapa-siapa saja yang pernah dirampok olehnya.


Sidang pengadilan pun digelar. Seluruh korban perampokan dipanggil oleh hakim satu per satu untuk menceritakan proses perampokannya. Kebanyakan dari mereka menghujat dan mencaci maki perampok itu dengan penuh dendam.


Beberapa saat kemudian, Shiciri pun juga dipanggil oleh sang hakim untuk memberi kesaksian tentang proses perampokan yang menimpanya beberapa hari lalu.


Dan Shiciri pun berkata, “Laki-laki ini bukan perampok, saya memang pernah memberinya banyak uang – sesuai dengan permintaannya, tapi saya tidak pernah merasa dipaksa oleh dia”


Shiciri lalu melanjutkan kata-katanya, ” Bahkan setahu saya, ia adalah orang yang cukup sopan, ia tidak lupa mengucapkan ‘terima kasih’ saat keluar dari rumah saya.”


beberapa tahun kemudian, saat perampok itu telah dibebaskan dari hukumannya. mantan perampok itu segera pergi menemui Shiciri, dan meminta Shiciri untuk menjadi gurunya. Tetapi, seumur hidup – Shiciri tidak pernah menganggap dirinya sendiri sebagai guru, karena ia memang belum pernah menjadi guru.


Karena bingung tentang apa yang harus diajarkan kepada mantan perampok itu, akhirnya Shiciri hanya mengajarinya tentang teknik-teknik membuat tenunan sutra. Dan perampok itu pun menuruti ajaran Shiciri – dan menjadi murid yang setia -  hingga akhir hayat Shiciri.

09.55 | 0 komentar | Read More

Pertanyaan Penting

ibutuaNamaku Riri, aku saat ini sedang kuliah semester akhir di sebuah universitas negeri. Aku kuliah disebuah jurusan yang cukup favorit, yaitu jurusan Kedokteran. Sebuah jurusan – yang aku yakini – dapat membuat hidupku lebih baik di masa mendatang.


Bukan kehidupan yang hanya untukku, tetapi juga buat keluargaku yang telah susah payah mengumpulkan uang – agar aku dapat meneruskan dan meluluskan kuliahku. Kakakku juga rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratoriumku yang cukup tinggi.


Hari ini adalah hari ujian semesteranku. Mata kuliah ini diampu oleh dosen yang cukup unik, dia ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan. “Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” katanya beberapa waktu lalu.


Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan, kami para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian kami. Ketakutanku terjawab hari ini, 9 pertanyaan yang dilontarkannya lumayan mudah untuk dijawab. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar aku tulis di lembar jawabku.


Tinggal pertanyaan ke-10.


“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.



“Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” katanya.


Seluruh ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini.


“Ini serius !” lanjut Pak Dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang !”


Aku tahu ibu tua itu, dia mungkin juga satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran ini. Aku tahu dia, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung, dan ia selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswa di sini. Ia selalu menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong.


Tapi satu hal yang membuatku konyol.. aku tidak tahu namanya ! dan dengan terpaksa aku memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini.



Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu. Sambil menyodorkan kertas jawaban, aku memberanikan bertanya kepadanya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini.


“Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” katanya. Beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara.


“Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D !”



Semua berdecak, aku bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?”


Kata dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Ia lalu pergi membawa tumpukan kertas-kertas jawaban ujian itu.

09.54 | 0 komentar | Read More

Mawar Dari Surga

mawar


14 Februari 2006


Dua minggu yang lalu pesawat yang ditumpangi Arga telah dinyatakan hilang, hingga hari ini pesawat yang ditumpangi Arga belum ditemukan. Arga adalah suamiku, kami menikah sekitar tiga bulan yang lalu. Saya mulai pasrah menerima keadaan ini. Beberapa kerabat sering datang ke rumah untuk memberi dukungan doa dan penguatan.


Kupandangi seikat bunga layu di dekat foto Arga. Bunga layu itu adalah hadiah valentine dari Arga untukku setahun yang lalu. Sekalipun Arga bukan sosok yang romantis, ia sering memberi kejutan-kejutan kecil kepadaku. Memberi bunga padaku saat Valentine adalah salah satu hal wajib bagi dia.


Hari ini sebenarnya adalah Valentine pertama bagi pernikahan kami. tapi Arga malah ‘pergi’ meninggalkan aku.


..


“Permisi..” kudengar suara orang mengetuk pintu. Segera aku menuju pintu dan membukanya.


“Apakah ini rumah Ibu Arga ?” tanya orang itu.

“Ya saya sendiri.” Jawabku


“Ini bu.. cuma mau mengantar kiriman bunga dari Bapak Arga.” Katanya sambil menyodorkan seikat Bunga Mawar yang sangat indah. Aku baca tulisan di kertas kecil, terdapat tulisan “Semoga aku mencintaimu lebih lagi di tahun ini.. (Arga)”


Aku menerimanya sambil melongo…

“Tapi.. tapi.. Bapak Arga telah hilang ..dan mungkin telah tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat beberapa waktu lalu.. ” Kataku pada pengantar bunga itu setengah tidak percaya.


“Lho kok bisa ?” kata pengantar bunga itu. Kemudian dia mengambil HP dari saku dan menelepon atasannya. Mungkin dia ingin memastikan bahwa itu bukan bunga salah alamat atau kiriman orang iseng.


Agak lama dia menelepon. Aku juga tidak begitu jelas mendengar percakapannya dengan atasannya.


“Begini bu, ini memang benar-benar bunga dari Bapak Arga.” Pengantar bunga itu akhirnya berkata, “Bapak Arga sendiri yang memesan bunga ini sekitar tiga bulan yang lalu, dan dia ingin agar bunga-bunga ini di antar pada tanggal 14 Februari”


Dia melanjutkan, “Bapak Arga telah memesan sepuluh ikat bunga kepada kami, dia ingin kami mengantarkannya kepada anda setiap tahun pada tanggal 14 Februari, hingga 10 tahun ke depan. Bapak Arga juga telah menulis 10 kartu ucapan dengan kalimat-kalimat yang berbeda untuk diselipkan dalam setiap ikatan bunga pesanannya.”


Tiga bulan yang lalu.. setahuku itu adalah bulan saat kami menikah.



14 Februari 2007


Hari ini bunga mawar itu dikirim lagi oleh pengantar bunga itu. Aku tersenyum saat pengantar bunga itu menyodorkan bunga itu kepadaku.


Setelah meletakkannya di dekat foto mendiang suamiku, aku potong salah satu bunga itu, dan memegangkannya ke tangan mungil anak pertamaku. Bayi kecil  lucu itu, yang mewarnai hari-hari indahku akhir-akhir ini.



“Ini nak.. ada bunga dari Bapak..” kataku lirih.


Aku sengaja memberinya nama “Arga Samudra” – sama persis dengan nama bapaknya, agar kelak dia punya kekuatan untuk mencintai, setulus bapaknya.

09.53 | 0 komentar | Read More

Anak Berbaju Ungu

artikasaridewiAku berjalan tergesa-gesa menuju kantorku. Yup, aku memang bangun agak kesiangan pagi ini. Sehingga aku harus mengejar waktu agar tidak terlambat sampai di kantor. Seperti biasa sesudah berjalan sekitar 100 meter dari kosku, aku sampai di sebuah halte. Disitulah tempatku biasa menunggu bus.


Hampir setiap pagi aku ketemu dengan orang-orang yang sama di halte itu. Mereka juga para pekerja kantor, sama dengan aku. Aku hapal dengan wajah-wajah mereka, sekalipun aku sama sekali tidak tahu nama-nama mereka.


Tetapi ada yang berbeda hari ini, aku melihat seorang anak kecil. Perempuan yang mungkin berusia 10 tahunan itu sedang duduk melamun di halte. Pakaian lusuhnya berwarna ungu, dan wajahnya tampak sedih sekali. Belum sempat terlalu lama mengamati anak itu – tiba-tiba busku datang dan aku berangkat bekerja.



Besok paginya, di halte itu aku melihat anak kecil itu lagi. Dengan baju yang sama lusuhnya dengan kemarin, dan dengan raut muka yang sama sedihnya juga. Ada yang unik dengan anak itu, entah kenapa dia selalu mengamati orang-orang yang menunggu di halte itu.


—-



Pagi ini adalah pagi yang ketiga kulihat anak itu. Semua pada dirinya tetap sama. Pakaian ungu lusuh dan wajah sedih. “Mungkin ia adalah gelandangan yang tinggal di halte ini”. Pikirku. Dari caranya berpakaian yang asal-asalan saya bisa memastikan anak itu adalah seorang anak jalanan. Mungkin dia adalah salah satu pengamen yang sering menyanyikan lagu-lagu tak jelas di perempatan dekat halte bus ini.


—-


Sepuluh hari sudah kulihat anak itu tetap duduk di tempatnya setiap pagi. Hari ini aku punya jadwal piket di kantor, sehingga aku harus datang lebih pagi dari biasanya. Tidak ada orang lain di halte kecuali aku dan anak berbaju ungu itu.


“Kenapa engkau selalu bersedih ?” tanyaku, “Apa kamu lapar ?”

“Nggak mas” jawabnya singkat, “Aku hanya menjalankan tugas”

“Tugas apa ?” tanyaku agak aneh.


Raut wajah anak itu tiba-tiba berubah, dia tertawa riang sambil berkata :


“Tugas untuk menunggu seseorang mau menyapaku”


Sesudah berkata demikian, baju gadis itu mendadak berubah menjadi putih bersih – dan di punggunggnya muncul sepasang sayap putih. Sambil tersenyum, anak itu perlahan-lahan menghilang dari pandanganku, dan berubah menjadi bola putih bersinar yang langsung melesat menuju langit.



Dan aku masih terbengong-bengong berdiri di sini.

09.52 | 0 komentar | Read More

Guci Cantik

guciPada suatu hari sepasang suami istri yang baru menikah, berbulan madu di Cina. Saat berjalan-jalan di sebuah galeri seni, mereka menemukan sebuah guci yang indah sekali. Mereka melihat harga yang tercantum di label guci itu, tertulis angka 40.000 USD !


“Sangat mahal” kata si istri.


“Ya, tentu !” tiba-tiba pelayan galeri itu berkata, “Guci ini dibuat sekitar 400 tahun lalu, sangat klasik, tetapi tetap indah dan utuh, karena ia dibuat oleh seorang maestro seni yang luar biasa, pembuatnya adalah seniman sejati, guci yang dibuatnya selalu berkualitas tinggi dan bernilai seni tinggi, sekalipun sudah berusia ratusan tahun.


“Tak disangka, guci itu tiba-tiba berkata.


“Tak tahukah kalian bahwa aku sebenarnya hanya seonggok tanah liat bau yang tak berguna?”


Orang-orang itu hanya melongo,



“Saat itu tuanku menemukan aku, memukul-mukulkan aku pada sebuah papan, hingga pasir dan kerikil dalam tubuhku keluar semua.. sakit sekali rasanya”


Sang guci melanjutkan ceritanya.


“Tidak hanya itu, selanjutnya ia menaruhku di atas batu yang berputar; dan dengan segera dia memutar-mutar dan mulai mengikis dan membentuk tubuhku. Aku tidak tahan.. pusing.. tolong hentikan.. sakit.. itu yang kuteriakkan, tetapi tuanku hanya berkata: belum saatnya”


“Sesudah itu dia meletakkan aku di sebuah ruangan di atas panggangan api, tahukah kalian, betapa panasnya itu? perlahan-lahan tubuhku yang lembek dan hitam berubah menjadi kaku dan memerah..  panas.. tolong hentikan.. itu yang kuteriakkan, tetapi tuanku tersenyum dan hanya berkata: belum saatnya”


“Sesudah itu, tuanku mengeluarkan dari ruangan itu, dan ia mulai menggoreskan cat-cat pada tubuhku.. saat tubuhku masih panas dan memerah.. pedih sekali rasanya.. seluruh kulitku terasa seperti disiram api.. aku hanya bisa menangis dan berkata.. tolong hentikan.. aku tidak kuat.. tetapi tuanku berkata: belum saatnya”


“Sesudah tubuhku berlumuran cat, tuanku memasukkanku lagi ke ruangan tadi dan mulai memanggangku lagi.. kali ini panas yang kurasakan luar biasa, mungkin beberapa kali lipat dari panas yang tadi… tolooong.. sakiiitt…. itu yang bisa kuucapkan, tetapi tuanku hanya berkata: belum saatnya, tinggal sebentar lagi”


“Setelah beberapa jam di panggangan itu, aku mulai melihat kulitku perlahan-lahan mulai memutih dan sangat keras.. lebih keras dari sebelumnya.. sakit dari sekujur tubuhku  aku rasakan. Perlahan-lahan tuanku mengeluarkan aku dari ruangan itu.. membersihkan tubuhku dengan lap sutra dan memberiku tempat di atas sebuah meja yang indah..”



“Beberapa hari kemudian, sakitku mulai hilang, dan ajaib, aku merasa sangat kuat. Perlahan-lahan aku mulai sadar, bahwa aku telah berubah menjadi guci yang sangat cantik, seorang raja bersedia membeliku dengan harga yang sangat tinggi”


“Semenjak itu, aku tidak pernah bertemu dengan tuanku lagi, tetapi yang aku tahu, semenjak raja itu membeliku, aku selalu berada di tempat yang indah dan tinggi, agar semua orang bisa melihatku, semua orang bangga dapat memiliki dan melihat aku, aku pun yakin kalian semua pasti ingin berfoto didekatku. Dulu, pernah ada dua kerajaan bertempur cuma gara-gara memperebutkan aku…”


“Oohh betapa bahagianya aku, seandainya bisa bertemu dengan tuanku sekali lagi.. aku ingin mengucapkan terima kasih.. akan karyanya yang sangat  indah di hidupku”


(Dari “A Cup of Tea at Afternoon”; author: unknown)

09.50 | 0 komentar | Read More

Calon Raja

potPada suatu hari di jaman dulu, hidup seorang raja yang sudah tua. Umurnya kira-kira 75 tahun. Raja itu memang memiliki banyak isteri, namun tidak ada satupun dari istri-istrinya  mampu memberinya keturunan untuk meneruskan dinasti kerajaan.


Padahal saat itu raja sudah lelah, ia ingin segera beristirahat dari tahtanya. Akhirnya sang raja memutuskan untuk memilih salah satu dari anak muda di kerajaan untuk meneruskan tahtanya.


Raja segera mengeluarkan pengumuman kepada seluruh pemuda di kerajaannya untuk berkumpul di halaman istana untuk dipilih menjadi raja. Sekonyong-konyong ratusan anak muda langsung berkumpul di halaman istana tersebut. Tak terkecuali Ali, pemuda itu juga turut berdiri berdesak-desakan diantara pemuda lain untuk mengikuti kompetisi itu.


“Aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjadi penggantiku !”. Raja berseru.

“Tetapi sebelumnya, aku akan menilai kalian semua, aku akan membagi kepada kalian satu buah biji per orang.”



“Aku ingin kalian menanam dan merawat biji itu selama satu tahun, dan bawalah kembali padaku, aku ingin tahu apa yang dapat kalian tumbuhkan dari biji itu.” Raja melanjutkan.


“Hanya mereka yang mampu menumbuhkan tanaman terbaiklah yang akan aku pilih sebagai raja.”


Setelah berkata demikian, para punggawa kerajaan segera membagi-bagikan biji itu kesemua pemuda yang hadir. Ali juga mendapat satu buah biji, dan segera pulang untuk menanam biji itu.


Ali berkata dengan bangga pada ibunya bahwa ia telah turut serta dalam kompetisi itu, dan ibunya pun juga terlihat sangat menyetujui keputusan anaknya itu. Ali lalu mengambil sebuah pot yang tidak terpakai di belakang rumah, memberinya tanah tersubur, lalu membenamkan biji itu ke dalamnya.


Tiap hari, Ali dan ibunya menyirami pot itu. beberapa minggu kemudian Ali pergi ke rumah teman-temannya untuk melihat biji yang ditanam oleh mereka. Ali melihat biji milik teman-temannya mulai tumbuh, bahkan ada yang sudah mengeluarkan beberapa lembar daun. Berbeda dengan biji milik Ali, biji itu belum tumbuh sama sekali, walaupun sudah ditanam selama 2 minggu.


Dua bulan telah berlalu, dan keadaan di pot milik Ali tidak berubah. Biji itu belum tumbuh sama sekali. Tetapi Ali tidak menyerah, ia tetap merawat pot itu dengan menyiraminya tiap hari. Teman-teman Ali pun mulai mengetahui hal tersebut, dan mereka mulai mentertawakan Ali.


Akhirnya satu tahun pun berlalu. Seluruh pemuda yang mengikuti kompetisi itu pun datang beramai-ramai ke halaman istana. Mereka masing-masing membawa tanaman di dalam pot. Sangat indah dan subur tanaman-tanaman mereka, bahkan beberapa diantaranya telah berbunga.


Tetapi berbeda dengan milik Ali, potnya tidak berubah. Tidak ada apapun yang tumbuh di pot itu. Ali pun mulai putus asa, dan mengambil keputusan untuk tidak kembali menghadap raja.


“Jangan begitu nak.” Kata ibunya, “Kamu sudah berniat mengikuti kompetisi itu, sudah selayaknya kamu juga menyelesaikannya, tidak masalah jika pot itu masih kosong, toh raja juga tidak akan menghukum kamu kok.”



Dengan berbagai bujuk rayu dari ibunya, akhirnya Ali bersedia membawa pot yang cuma berisi tanah itu menghadap raja.


Di sepanjang jalan, para pemuda mentertawainya. Tetapi Ali mencoba cuek ‘n jalan terus.


Akhirnya, ratusan pemuda itu semua telah berkumpul di halaman istana. Raja segera turun dari singgasananya dan mencoba memeriksa pot-pot yang dibawa pemuda itu satu per satu. Raja itu berjalan hilir mudik di antara pot-pot yang dipegang oleh para pemuda itu beberapa kali, seolah-olah sedang mencari sesuatu.


Akhirnya raja berdiri tepat di hadapan Ali. Ali gemetaran, karena dia memang belum pernah berhadapan dengan raja sebelumnya.


“Siapa namamu? dan ada apa dengan potmu, kenapa tidak ada tanamannya sama sekali?” Tanya sang raja.


“Maaf baginda.” Ali menjawab, “Nama saya Ali. Hamba sudah berusaha, tetapi kenyataannya memang begini, bibit ini tidak mau tumbuh sama sekali, padahal saya sudah menyiraminya tiap hari.” Para pemuda di sekitarnya saling tertawa cekikikan mendengar jawaban Ali.


“Kalo begitu, kamu maju ke depan dengan saya!” Perintah sang raja. Sambil ketakutan karena khawatir dihukum, Ali maju ke depan beriringan dengan sang raja. Para pemuda sekitarnya masih tertawa cekikikan melihat wajah Ali yang pucat bagai mayat.


“Aku umumkan kepada kalian semua..” Raja berseru di depan ratusan pemuda itu. “Aku umumkan bahwa mulai besok pagi, seorang pemuda – yang bernama Ali – yang saat ini berdiri disampingku – akan menggantikan kedudukanku menjadi Raja!”


Semua pemuda itu heran, terutama Ali sendiri, ia kaget setengah mati mendengar keputusan sang raja.



“Kalian tahu kenapa?” Raja melanjutkan, “Satu tahun yang lalu aku sebenarnya hanya memberi sebuah biji mandul kepada masing-masing kalian. Semua biji itu sudah dipotong bakal tunasnya oleh seorang pengawalku, sehingga tidak mungkin dapat tumbuh menjadi sebatang pohon. Sehingga saya menarik kesimpulan, bahwa apa yang kalian bawa ke hadapanku itu bukanlah tanaman yang tumbuh dari biji yang aku berikan. Kalian semua telah menukarnya dengan biji lain agar bisa  tumbuh.”


“Kecuali dengan anak muda ini.” Raja berkata dengan tersenyum bangga. “Ali telah berani jujur padaku, ia berani mengatakan apa yang sebenarnya telah terjadi, sekalipun ia tahu betul bahwa itu akan sangat memalukan.”


“Orang jujur seperti inilah yang aku butuhkan untuk melanjutkan cita-citaku untuk membangun kerajaan ini …”


(Sumber: sebuah cerita dari timur jauh yang termuat di buku “About Leadership” oleh Kyoto M,  author unknown)

09.49 | 0 komentar | Read More

Paku

PakuPada suatu ketika, hidup seorang anak yang sangat pemarah. Hal-hal sepele bisa menjadikannya naik pitam. Tapi beruntung bagi anak itu, ia memiliki seorang bapak yang sangat bijaksana.


Suatu hari, sang bapak memberikan anak itu sekarung paku. Bapak itu meminta agar anaknya melampiaskan kemarahannya dengan memakukan 1 paku ke tembok belakang rumah. Satu paku untuk setiap satu kali marah.


Hari pertama pun dilalui. Hari ini anak itu marah sebanyak 35 kali, maka sebagai konsekwensinya, anak itu harus memasang 35 paku pula di tembok belakang rumah.


Hari demi hari pun berlalu, dan tampaknya terapi ini mulai berjalan lancar. Setiap hari, jumlah paku yang ditanamkan ke tembok itu makin berkurang, dari 35 menjadi 30, menjadi 23 dan seterusnya. Bahkan setelah menginjak hari ke seratus, anak itu sudah sama sekali tidak menanamkan paku ke tembok. Dengan gembira anak itu mengabarkan kepada bapaknya, bahwa sekarang ia lebih dewasa dan dapat mengendalikan emosinya.


Sang bapak langsung memeluk anak itu, dan mengucapkan selamat kepadanya. “Masih ada satu tahap lagi, nak” kata bapak itu. “Mulai sekarang, cabutlah 1 paku dari tembok setiap saat kamu dapat bersabar dan memaafkan orang yang membuatmu marah..”


Anak itu pun segera menuruti perintah bapaknya. Setiap kali ia dapat bersabar dan memaafkan kesalahan orang, ia mencabut satu paku dari tembok. Hari demi hari pun berlalu, hingga tiba saat dimana ratusan paku di tembok tersebut telah habis dicabut.



Anak itu pun kembali pada bapaknya, dan melaporkan keberhasilannya tersebut. “Kamu telah berhasil nak.. kamu telah menjadi seorang anak yang luar biasa.” Bapak itu melanjutkan, “Tetapi coba amati sekali lagi tembok itu”.


Sambil mengelus lubang-lubang bekas paku di tembok, bapak itu kembali melanjutkan kata-katanya. “Lihatlah tembok ini, sekalipun kamu sudah mencabut seluruh paku yang ada, tetapi tembok tidak dapat kembali utuh lagi seperti sedia kala, banyak sekali lubang menganga dan retakan di tembok ini.” Bapak itu kemudian melanjutkan, “Setiap kamu melukai orang lain.. selamanya kamu tidak akan dapat menghapuskan luka itu.. sekalipun kamu sudah meminta maaf dan mencabut semua kemarahan dari orang-orang sekitarmu.”

09.48 | 0 komentar | Read More

Berlian

berlianPada suatu hari seorang wanita tua berjalan menyusuri bukit. Tak sengaja, matanya tertuju pada sebuah batu mengkilat yang berada di sela-sela batu besar. Batu itu kurang lebih sebesar kepalan tangan orang dewasa. Dengan berbagai usaha, diraih dan dipegangnya batu gemerlap itu.


Pada saat itu pula, lewat seorang pria muda yang sedang mencari kayu bakar. Tampak sekali dari pakainnya, bahwa lelaki itu adalah orang miskin. Lelaki itu melihat batu mengkilat yang dipegang oleh nenek tua, dan terperanjatlah dia ketika melihat sebuah berlian sebesar itu.


“Apa itu nek?” Lelaki itu bertanya, “Bolehkah aku memintanya?”


“Baiklah..” Jawab nenek itu seraya memberikan batu itu kepada sang lelaki tanpa beban sama sekali.


Setengah tidak percaya, lelaki itu segera menerima dan membawa pulang berlian besar itu. Sesampainya di rumahnya yang mulai reyot, lelaki itu mulai merancang berbagai strategi untuk memanfaatkan berlian besar tersebut agar dapat membuatnya kaya.. tanpa kehilangan batu itu sama sekali.


Besoknya, si  lelaki memutuskan untuk menggadaikan berlian miliknya. Uang hasil gadai berlian itu ternyata cukup besar, dan uang itulah yang ia gunakan sebagai modal usaha. Tahun demi tahun dilalui, dan akhirnya lelaki itu tumbuh berkembang menjadi seorang pengusaha yang kaya-raya. Berlian yang dulu digadai itupun sudah dapat ditebusnya kembali.



Tapi entah kenapa, perlahan namun pasti mulai ada perubahan di diri lelaki itu. Ia mulai congkak, suka pamer, dan mulai melarutkan dirinya dalam kehidupan malam yang sangat menjijikkan. Lambat laun, teman-temannya mulai menjauh. Yang ada sekarang hanyalah orang-orang yang mau memanfaatkan dirinya.


Berbagai persaingan dan minimnya dukungan dari orang-orang terdekatnya, akhirnya membuat usaha lelaki itupun jatuh. Ia sekarang tidak mempunyai apa-apa lagi. Bahkan semua orang sudah meninggalkannya. Tetapi, ternyata tidak semua hartanya habis, ia masih memiliki batu berlian besar pemberian seorang nenek yang ia temui beberapa tahun lalu. Entah mengapa, ia mulai merasa menyesal kenapa ia harus meminta berlian tersebut dari nenek tua itu.


Akhirnya, dengan berbagai upaya, ia berusaha mencari kembali nenek tersebut. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya lelaki itu menemukan rumah sang nenek, yaitu sebuah gubug kecil di perbukitan.


Sambil sujud tersungkur di hadapan sang nenek tua, laki-laki itu mengembalikan berliannya.


“Kenapa engkau dulu memberikan batu permata ini kepadaku?” kata lelaki itu sambil menangis, “Seharusnya, engkau memberikan sesuatu yang lebih berharga dari ini… yaitu kekuatan untuk memberi batu ini..”


Sambil tersenyum, nenek itu menjawab, “Aku sedang mengajarkannya padamu..”

09.48 | 0 komentar | Read More

Menjual Sisir

SisirPada suatu hari, sebuah perusahaan sisir akan mengadakan ekspansi untuk area pemasaran yang baru. Perusahaan sisir tersebut lalu membuka lowongan pekerjaan. Karyawan baru itu akan ditempatkan di Divisi Marketing. Setelah lowongan dibuka, banyak sekali orang yang mendaftarkan diri untuk mengisinya. Lebih dari 100 orang pelamar datang ke perusahaan itu setiap harinya.


Setelah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, terpilihlah tiga kandidat utama. Sebut saja A, B, dan C. Perusahaan lalu melakukan seleksi final dengan memberi tugas kepada tiga orang terpilih. Seleksi finalnya ialah A, B, dan C diminta untuk menjual sisir kepada para biksu – yang tinggal pada sebuah komplek wihara – di area pemasaran baru tersebut – dalam jangka waktu 10 hari. Bagi sebagian orang, tugas ini sangat tidak masuk akal, mengingat biksu-biksu itu berkepala gundul dan tidak pernah memerlukan sisir.


Sepuluh hari pun berlalu, akhirnya tiba saat ketiga pelamar tersebut datang kembali pada perusahaan untuk melaporkan hasil penjualannya.


Pelamar A :

Saya hanya mampu menjual satu sisir. Saya sudah berusaha menawarkan sisir itu kepada para biksu di sana, tetapi mereka malah marah-marah karena saya dikira melecehkan. Tetapi untung, ketika saya berjalan menuruni tangga, ada seorang biksu muda yang mau membeli satu sisir saya. Sisir itu akan ia gunakan untuk menggaruk kepalanya yang ketombean.



Pelamar B:

Saya berhasil menjual sepuluh buah. Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan – karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya – dan membeli 10 sisir untuk para peziarah – agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha – saat bersembahyang.


Pelamar C:

Saya berhasil menjual seribu buah. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari di biara itu, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, “Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.”  Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir bagus dan murah.  Saya lalu meminta pimpinan biksu tersebut untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir – sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir.


Memang, akhirnya perusahaan sisir tersebut menerima ketiga orang tersebut sebagai karyawan-karyawan barunya. Tetapi tentu saja posisi mereka di perusahaan dibedakan. Pelamar C ditempatkan sebagai Marketing Manajer yang baru, pelamar B menjadi asisten manajernya, sedangkan pelamar A hanya menjadi sales marketing biasa.




REFLEKSI:


Cerita tersebut menggambarkan riset yang pernah Universitas Harvard. Riset tersebut menunjukkan bahwa 85% kesukesan adalah karena sikap dan 15% adalah karena kemampuan. Sikap ternyata lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus, dan keberuntungan. Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap dalam menghadapi masalah.


Sedangkan keputusan perusahaan untuk menyuruh ketiga pelamar tersebut menjual sisir pada biksu sangat mencerminkan kata-kata Dalai Lama, “Lingkungan yang keras sangat membantu untuk membentuk kepribadian, sehingga dimiliki nyali kuat untuk menyelesaikan semua masalah.”


sooo…  mungkin ini adalah salah satu jawaban kenapa saat keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru baru yang bermunculan. Jadi, dengan sepenuh hati terapkan sikap kerja yang benar, yaitu menitikberatkan pada pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi (85%) – tetapi tetap tidak melupakan skill (15%) – agar bisa mendapatkan kesuksesan yang 100%.


Semoga sukses ! dan salam super! (jiaaah.. Mario Teguh banget euy..)

09.47 | 0 komentar | Read More

Halangan? Bukan Masalah!

Dilarang buang kasih di siniDalam sebuah fase kehidupan, adakalanya seseorang terbentur oleh sesuatu. Benturan-benturan itu kadang menghalangi seseorang untuk terus maju dan berjuang. Yup.. Jangan Menyerah! mungkin dua kata itu itu yang sering diucapkan oleh orang-orang di sekitar. tapi, dalam beberapa kasus terdapat pula kuping-kuping yang sudah terlalu jenuh mendengar dua kata itu..


Adakalanya seseorang harus melihat. Sebuah penelitian psikologis pun menyebutkan bahwa otak lebih mudah menyerap apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Soo.. untuk menafsirkan judul posting ini “Halangan? bukan masalah!”, saya coba untuk memuatnya lewat beberapa gambar berikut :



1



2



3




4



5



6



*ide posting diambil dari seorang sahabat; gambar-gambar diunduh dari abunawaf.com
09.45 | 0 komentar | Read More

Mata Ayah

Sepak BolaCerita ini berawal di sebuah sudut kota. Disana ada seorang remaja, sebut saja namanya Den. Di rumah, Den cuma hidup dengan ayahnya. Kakak-kakak Den sudah menikah dan tidak tinggal di rumahnya lagi. Den adalah seorang siswa kelas 2 SMU. Den juga suka bermain sepak bola. Ia sangat menyukai olah raga itu. Den cukup aktif di dalam klub sepak bola di kotanya. Den mendapat dukungan yang sangat kuat dari ayahnya akan hobinya tersebut.


Den berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan  hari sabtu nanti.


Tetapi pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Den meninggal dunia. Dengan menyesal Den meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak bisa datang latihan hari ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga menyarankan Den untuk beristirahat sejenak. “Jika berkeberatan, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu.


Pertandingan grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan. Kesebelasan Den tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan 2-0 untuk tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak ke dua.


Tiba-tiba Den menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti baju, memakai sepatu, dan melakukan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru Den pada pelatihnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Den masuk ke tengah lapangan.



Hal yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Den pada malam itu sangat cemerlang. Ia seperti tidak memiliki rasa lelah untuk berlari, merebut, dan menendang bola di menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Den.


Tak diduga, malam itu Den berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah lompatan tersendiri bagi prestasi Den di timnya selama ini. Sebab selama ini Den jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini. Akhirnya pertandingan pun selesai. Kesebelasan Den menang dari tim lawan dengan skor 2-3.


“Ada apa kamu, Den? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga.

“Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Den sambil terengah-engah.

“Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”

Den melanjutkan, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya bertanding, saya ingin menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk dilihat oleh dia.”

09.45 | 0 komentar | Read More

Semut dan Belalang

SemutPada suatu hari dunia serangga hiduplah Semut dan Belalang. Semut adalah sosok yang rajin. Pada musim panas ia bekerja keras sekuat tenaga. Kegagalan demi kegagalan ia dapati, tetapi semut tidak menyerah. Akhirnya semut pun berhasil mendirikan banyak perusahaan dan mengumpulkan banyak uang. Uang-uang tersebut hanya ia gunakan sebatas keperluan saja, sehingga tabungan dan depositonya pun menumpuk di bank.


Belalang juga sosok yang rajin. Ia juga seorang pekerja keras. Tetapi ia jarang menabung. Seluruh uangnya dihabiskan begitu saja untuk memuaskan keinginannya. Belalang juga sering mentertawakan prinsip Semut tersebut. “Hidup hanya sekali, maka dinikmati saja!” katanya.

Beberapa bulan kemudian, saat musim dingin tiba semua sektor pertanian harus berhenti. Salju turun terus menerus setiap hari. Krisis ekonomi pun mulai melanda negeri serangga. Selanjutnya dapat di tebak, bisnis Belalang juga ikut jatuh. Belalang menjadi miskin dan mulai hidup di jalanan.


Tetapi Belalang adalah serangga cerdas. Dengan perencanaan yang matang, Belalang mulai menulis di koran-koran tentang bagaimana mewahnya kehidupan si Semut sementara ada serangga-serangga lain termasuk Belalang yang sedang kelaparan. Dengan bantuan mantan rekan-rekan bisnisnya, Belalang menggelar konferensi pers dengan tema “Kenapa di negeri yang kaya ini masih ada Belalang yang kelaparan?” Semua wacana yang ia buat saat konferensi pers tersebut ditujukan untuk menyerang kaum kapitalis termasuk si Semut.


SSTI, SSTV, dan beberapa TV swasta lain mulai mengangkat kehidupan Belalang dengan menampilkan video kehidupan Belalang yang memprihatinkan separuh layar, kemudian pada separuh layar yang lain ditampilkan kehidupan Semut yang penuh kemewahan. Bahkan, Jangkrik Fals seorang penyanyi terkenal – juga ikut mendukung gerakan Belalang. Pada berbagai acara televisi jangkrik menyanyikan lagu “Tidak mudah menjadi hijau”.



Dalam sebuah wawancara di program televisi yang cukup terkenal Seribu Mata, Ketua DPS (Dewan Perwakilan Serangga) Nyamuk Alie menyatakan bahwa ia sangat simpati dengan hal ini. Akhirnya sidang DPS pun digelar dan mereka memutuskan untuk menaikkan pajak pada serangga-serangga yang sangat kaya, termasuk Semut.


Tetapi gerakan si Belalang tidak berhenti sampai di sini saja, berbagai usaha ia lakukan lagi agar dapat mengakuisisi seluruh kekayaan Semut. Belalang juga mulai berteriak di berbagai media bahwa Perusahaan-perusahaan milik Semut adalah biang utama kemiskinan di negara serangga. Sekali lagi, usaha ini didukung oleh banyak pihak termasuk pers. Pemerintah pun geram, seluruh kekayaan Semut di sita oleh negara. Separuh perusahaan milik Semut termasuk rumah mewahnya diberikan kepada Belalang. Belalang yang saat ini telah dianggap sebagai “Pahlawan Kemiskinan” dianggap lebih pantas mengelola itu semua.


Akhirnya beberapa bulan kemudian musim dingin pun berakhir. Belalang mulai keblinger dengan kekayaan. Ia mulai terjerat narkoba, perusahaannya pun bangkrut satu per satu. Akhirnya Belalang jatuh miskin. Tidak ada yang mengenalinya saat Belalang tewas di pinggir jalan akibat overdosis. Lalu bagaimana dengan Semut? tidak ada kabar yang pasti tentang ini. Beberapa serangga bilang bahwa Semut telah pindah ke negeri seberang dan merintis usaha barunya di sana.

09.43 | 0 komentar | Read More

Pensil

PensilPada jaman dulu, pensil dibuat secara manual dalam arti tidak menggunakan mesin-mesin canggih seperti sekarang. Sebelum merakit pensil, seorang tukang pensil memilih kayu kecil yang benar-benar lurus dengan ukuran yang sesuai. Sesudah itu ia akan membelah kayu menjadi dua tepat di tengah. Di tengah-tengah belahan kayu tersebut dipasang batangan grafit. Sepasang kayu tersebut kemudian diolesi lem dan dikatupkan kembali.


Proses itu pulalah yang dilakukan oleh Charles. Charles adalah seorang tukang pensil yang cukup terkenal. Memang, tidak banyak orang yang bisa membaca dan menulis waktu itu. Hanya orang-orang tertentu saja yang membutuhkan jasa Charles. Biasanya kaum bangsawan maupun keluarga kerajaan. Sehingga, kedudukan pembuat pensil di mata masyarakat waktu itu pun juga cukup terpandang.


Tetapi ada yang unik dari Charles. Setelah selesai merakit pensil dan sebelum dimasukkan ke kotaknya, Charles selalu berkata-kata dulu pada pensil buatannya. Begini katanya:


“Ada lima hal yang wajib kamu ketahui untuk menjadi pensil yang sempurna.” Ia melanjutkan,


Pertama, ingatlah bahwa kalian hanya bisa menghasilkan tulisan yang indah jika ada sebuah tangan yang menuntun kalian.


Kedua
, setiap akan dipakai kalian akan diraut dan dikikir. Ini adalah proses yang sangat menyakitkan. Tapi hanya itulah satu-satunya cara agar kalian bisa selalu tajam, sempurna, dan layak digunakan.

Ketiga
, jangan takut untuk berbuat salah karena kalian bisa memperbaikinya sekalipun tidak bisa menghapusnya.

Keempat
, bagian terpenting pensil terletak di dalam diri kalian, yaitu batangan grafit untuk menulis.

Kelima
, mungkin kalian tidak digunakan untuk menulis di atas kertas melulu, adakalanya di tembok, di kanvas, atau di tempat-tempat lain yang tidak seharusnya. Tetapi, tetaplah setia untuk menggoreskan grafitmu. Karena tugasmu hanyalah menulis, tidak peduli dimanapun kamu akan ditugaskan.”


——————-


Jika cerita di atas direnungkan, apa yang dikatakan Charles kepada pensil buatannya sangat mirip dengan apa yang terjadi pada manusia:


Pertama, manusia akan hanya bisa menghasilkan karya yang indah jika manusia tersebut membiarkan Tangan Tuhan mengendalikannya.



Kedua, manusia akan selalu bertemu dengan berbagai masalah. Tetapi harus diakui bahwa masalah-masalah tersebut membuat manusia bisa makin bertumbuh dan makin sempurna.


Ketiga, setiap manusia bisa berbuat salah, tetapi setiap manusia juga bisa memperbaiki kesalahan sekalipun tidak mampu untuk menghapusnya.


Keempat, keindahan manusia justru terletak pada bagian dalamnya, bukan pada sisi luarnya.


Kelima, adakalanya manusia merasa berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Tetapi manusia harus tetap setia dengan peran dan tugasnya di tempat-tempat tersebut, mungkin Sang Pencipta memiliki rencana tersendiri kenapa manusia dibiarkan berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya.

09.43 | 0 komentar | Read More

Es Krim

Es KrimPada suatu hari seorang anak kecil masuk ke sebuah restoran terkenal. Dengan langkah riang dan sedikit berlari, anak kecil itu duduk di salah satu bangku kosong di sana. “Sangat Ramai.” gumamnya. Anak kecil itu kemudian mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan restoran. Seorang pelayan perempuan pun segera datang menghampiri anak kecil itu dengan membawa buku menu makanan.


“Mau pesan apa, dik?” Tanya pelayan itu. “Berapa harga satu porsi es krim bertabur strawbery dan coklat itu?” Si anak balik bertanya sambil menunjuk salah satu gambar yang terpampang di tembok restoran.


“2 Dollar.” Jawab si pelayan dengan ramah. Anak itu kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan beberapa keping uang receh dan menghitungnya. “Kalau es krimnya tanpa strawberry dan coklat berapa?”. “1 Dollar.” jawab pelayan itu dengan sedikit aneh.


Anak itu kemudian memasukkan tangannya ke saku yang lain, dia mengeluarkan recehan lagi, dan mulai menghitungnya. “Kalau es krimnya tanpa strawberry dan coklat, serta cuma separuh porsi saja berapa?” “Setengah Dollar!” jawab pelayan itu agak ketus. “Baik, saya pesan itu saja.” Kata si anak lagi.


Pelayan itu segera kembali ke dapur. Beberapa saat kemudian pelayan kembali ke meja si anak sambil membawa pesanannya. Anak itu pun segera memakan es krim tersebut dengan lahap. Setelah es krim selesai dimakan, pelayan kembali menemui anak itu sambil membawa nota pembayaran.


“Semua setengah dollar.” Kata pelayan sambil menyodorkan nota kepada si anak. Si anak lalu mengeluarkan semua uang receh miliknya dan memberikannya pada pelayan. “Ini setengah dollar.” Katanya. Kemudian, tangan anak itu merogoh saku belakangnya dan mengeluarkan selembar uang 10 Dollar. “Dan ini tips untuk kamu.” Kata anak itu sambil menyerahkan 10 dollar itu.



(author unknown – ditulis ulang dan diterjemahkan dari buku “Six Great Lesson” oleh Mary Jane)

—————–


Memang, kadang manusia hanya melihat sesuatu dari luarnya. Bahkan saya sendiri pun sering mengalami hal itu. Kesibukan dan keruwetan kejadian sehari hari bisa membuat seseorang lupa untuk ‘melihat lebih dalam’ orang-orang di sekitarnya. Sangat wajar jika seseorang yang sudah pakai Jas mulai menganggap remeh orang-orang yang hanya menggunakan T-Shirt.


Tapi cerita di atas mengingatkan saya lagi, bahwa sesuatu yang berharga kadang muncul dari hal-hal yang biasa-biasa saja. Rejeki bisa datang dari arah yang tak terduga, bahwa mata manusia kadang terlalu sempit untuk dapat melihat spektrum kepribadian seseorang. Seperti halnya hujan yang tetap bisa turun saat matahari bersinar terik.. seperti siang tadi.


Semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran yang cukup berharga bagi mereka yang membacanya.. termasuk saya..  salam..  :)

09.42 | 0 komentar | Read More