Pages

Subscribe:

Labels

Makam Seco dan Setuhu

Mengunjungi makam kuno di lereng gunung semeru sebelah barat, tepatnya di Dusun Kramat, Desa Patok Picis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Makam ini di yakini oleh masyarakat sekitar sebagai makam kedua utusan Ajisaka, yakni Seco dan Setuhu, tokoh legenda Ajisaka yang menurut cerita, kisahnya berhubungan dengan asal mula  “ Hanacaraka “ ( Aksara Jawa ).





Kedua makam kuno ini menjadi salah satu tempat wisata ziarah bagi masyarakat sekitar. Orang – orang daerah sini menyebutnya dengan makam Mbah Setuhu saja, bahkan tidak jarang pengunjung dari luar daerah juga sering mengunjungi tempat ini untuk berziarah sambil menikmati udara sejuk dan keindahan pemandangan alam sekitarnya.



Makam Seco dan Setuhu  jaraknya kurang lebih 15 meter. Di sebelah barat, membujur ke arah utara adalah makam Mbah Setuhu, sedangkan makam Mbah Seco posisinya membujur kea rah timur. Konon, menurut cerita, Seco dan Setuhu ini bertarung sampai mati karena keduanya sama-sama kuat dan sakti, hingga akhirnya tewas di tempat ini.


Cerita tentang tewasnya Seco dan Setuhu terdapat dalam legenda Ajisaka, dimana cerita ini mengisahkan tentang kedua utusan yang sangat setia dan teguh menjalankan amanat yang di berikan oleh Ajisaka. Tokoh Seco dan Setuhu ada yang menyebutkan sebagai Alif dan Ana, ada pula yang menyebutkan sebagai Dora dan Sembada.


Menurut cerita Pak Sukirno, Juru kunci makam Seco dan Setuhu, dahulu ada sebuah negeri di tanah jawa bernama “ Medhang kamulan “ yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dewata Cengkar yang mempunyai kebiasaan buruk, yaitu suka makan daging manusia. Karena kebiasaan Rajanya tersebut, rakyat negeri ini menjadi ketakutan, hingga suatu ketika datanglah seorang pengembara bernama Ajisaka yang berhasil mengalahkan Raja Dewata Cengkar. Dewata Cengkar mencebur ke laut Selatan, Ajisaka kemudian menjadi raja dan memimpin Negeri Medhang kamulan.


Pada suatu ketika, Ajisaka teringat dengan barang yang dititipkan kepada cantriknya yang bernama Sendura alias Setuhu di desa Sedaka Mulya. Ajisaka menitipkan sebuah benda pusaka kepada Setuhu dan berpesan kelak akan diambil sendiri dan jangan diberikan kepada siapapun. Namun, karena tidak bisa meninggalkan kerajaan, Ajisaka mengutus utusannya yang bernama Sembadra alias Seco/Setya pergi menemui Setuhu untuk mengambil barang titipan tersebut.


Belum sampai di Desa Sedaka Mulya keduanya bertemu. Setelah beberapa lama mengobrol, Seco menyampaikan maksudnya untuk mengambil pusaka yang dititipkan kepada Setuhu atas perintah Ajisaka.  Setuhu menolak memberikanya, karena Ajisaka berpesan akan mengambilnya sendiri. Karena saling mempertahankan amanat yang diberikan Ajisaka, mereka akhirnya berkelahi sampai keduanya tewas beradu kesaktian yang sama-sama kuat.


Merasa sudah cukup lama utusanya tidak kembali, ajisaka mendengar berita bahwa Seco dan Setuhu tewas berkelahi. Ajisaka menyesali kejadian itu dan kemudian dia membuat sebuah karya yang berbunyi : “ HA NA CA RA KA  DA TA SA WA LA PA DHA JA YA NYA MA GA BA THA NGA “ .


HA NA CA RA KA ( ada utusan )


DA TA SA WA LA ( saling bertengkar )


PA DHA JA YA NYA ( sama kuatnya )


MA GA BA THA NGA ( menjadi bangkai )


Karya ajisaka inilah yang konon di anggap sebagai awal terciptanya huruf Jawa.


Asal mula Aksara Jawa yang di kisahkan dalam cerita Legenda Ajisaka, cukup kontroversial bagi masyarakat jawa, terutama orang-orang suku  tengger. Masyarakat suku tengger memperingati kematian kedua utusan Ajisaka tersebut dengan mengadakan upacara Karo, upacara besar masyarakat suku Tengger selain upacara Kasodo.


Menuju tempat ini bisa di tempuh dari Kecamatan Wajak melalui empat arah, yaitu : Desa Patok Picis, Desa Dadapan, Desa Beringin dan Desa Bambang. Karena jalan menuju  makam Seco dan Setuhu ini kurang bagus, sehingga sulit di jangkau dengan mobil atau kendaraan pribadi roda empat.



Jika berkunjung ke tempat ini, jalan yang cukup baik adalah dari Desa Beringin dan desa Bambang. Dari arah Wajak ke selatan melewati Desa Codo, Dadapan, Beringin dan sampai di pasar Garotan. Dari Pasar Garotan, bisa naik ojek sampai ke tempat makam Mbah Setuhu atau cari pemandu yang tahu jalan ke tempat tersebut.

keyword
Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan SetuhuMakam Seco dan SetuhuMakam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan SetuhuMakam Seco dan SetuhuMakam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan Setuhu,Makam Seco dan SetuhuMakam Seco dan SetuhuMakam Seco dan Setuhu,