Pandeglang (ANTARA News) - Dr Terry Roth, seorang ahli penyakit hewan asal Amerika Serikat (AS), meneliti penyebab kematian badak jawa di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang, Provinsi Banten.
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang, Agus Priambudi, ketika dikonfimasi, Minggu, menjelaskan bahwa Roth meneliti kematian badak karena khawatir diakibatkan oleh penyakit antraks.
"Mereka khawatir kematian badak itu karena antraks, tapi setelah diteliti ternyata bukan karena penyakit itu," katanya.
Terry Roth, kata dia, merupakan Direktur lembaga Crem dan Wakil Pemimpin Conservation & Sciene Concinati, yang melihat langsung lokasi kematian badak jawa di TNUK dan meneliti tulang badak yang ada di Kantor Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Seekor badak jawa yang diperkirakan berjenis kelamin jantan ditemukan mati oleh anggota Tim Inventarisasi Badak Jawa yang sedang melakukan penelurusan hewan langka itu di kawasan TNUK.
Penemuan kerangka badak jawa itu, berawal ketika anggota Tim Inventarisasi Badak Jawa (TIBJ), Basuki melakukan penelusuran di kawasan TNUK, pada Kamis (20/5), tiba-tiba melihat tumpukan tulang, dan setelah diteliti ternyata tulang kerangka badak jawa.
Lokasi penemuan kerangka badak jawa itu, selama ini dikenal sebagai jalur lintasan/pergerakan hewan langka tersebut, tepatnya di Blok Nyiur. Badak mati tepat di bawah sebatang pohon.
Saat ditemukan, badan badak tersebut berbaring pada sisi kanan, dan kuku kaki belakang terbenam ke dalam tanah sedalam 5-7 centimeter (cm), lebih dalam dibandingkan kuku kaki depan.
Agus juga menjelaskan, kerangka badak jawa yang mati ditemukan dalam kondisi utuh, tidak ada bagian tubuhnya yang hilang, termasuk culanya yang selama ini paling diincar para pemburu.
Badak yang mati itu diperkirakan berumur 40 tahun. Tulang yang kini tersimpan itu yakni satu cula dengan tinggi 16 cm lebar 13 cm, dua taring masing-masing berukuran 15 cm, tulang panggul pelakan dua potong, sumsum belakang 26 potong, kaki belakang 20 potong, telakop kuku belakang enam potong.
Selain itu, kuku jari belakang 34 buah, engsel sumsum 13 potong, serpihan 27 potong, kepala satu buah, gigi 27 buah, paha belakang lima potong, rusuk kanan 14 potong, rusuk kiri 25 potong, leher tiga potong, selangka dua potong, pangkal kaki dua potong.
Kemudian, tulang ekor 14 potong, kaki belakang enam ekor, kaki depan enam ekor, telakop kaki depan enam potong dan kuku depan 13 buah.
(T.S031/R010/P003)
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang, Agus Priambudi, ketika dikonfimasi, Minggu, menjelaskan bahwa Roth meneliti kematian badak karena khawatir diakibatkan oleh penyakit antraks.
"Mereka khawatir kematian badak itu karena antraks, tapi setelah diteliti ternyata bukan karena penyakit itu," katanya.
Terry Roth, kata dia, merupakan Direktur lembaga Crem dan Wakil Pemimpin Conservation & Sciene Concinati, yang melihat langsung lokasi kematian badak jawa di TNUK dan meneliti tulang badak yang ada di Kantor Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Seekor badak jawa yang diperkirakan berjenis kelamin jantan ditemukan mati oleh anggota Tim Inventarisasi Badak Jawa yang sedang melakukan penelurusan hewan langka itu di kawasan TNUK.
Penemuan kerangka badak jawa itu, berawal ketika anggota Tim Inventarisasi Badak Jawa (TIBJ), Basuki melakukan penelusuran di kawasan TNUK, pada Kamis (20/5), tiba-tiba melihat tumpukan tulang, dan setelah diteliti ternyata tulang kerangka badak jawa.
Lokasi penemuan kerangka badak jawa itu, selama ini dikenal sebagai jalur lintasan/pergerakan hewan langka tersebut, tepatnya di Blok Nyiur. Badak mati tepat di bawah sebatang pohon.
Saat ditemukan, badan badak tersebut berbaring pada sisi kanan, dan kuku kaki belakang terbenam ke dalam tanah sedalam 5-7 centimeter (cm), lebih dalam dibandingkan kuku kaki depan.
Agus juga menjelaskan, kerangka badak jawa yang mati ditemukan dalam kondisi utuh, tidak ada bagian tubuhnya yang hilang, termasuk culanya yang selama ini paling diincar para pemburu.
Badak yang mati itu diperkirakan berumur 40 tahun. Tulang yang kini tersimpan itu yakni satu cula dengan tinggi 16 cm lebar 13 cm, dua taring masing-masing berukuran 15 cm, tulang panggul pelakan dua potong, sumsum belakang 26 potong, kaki belakang 20 potong, telakop kuku belakang enam potong.
Selain itu, kuku jari belakang 34 buah, engsel sumsum 13 potong, serpihan 27 potong, kepala satu buah, gigi 27 buah, paha belakang lima potong, rusuk kanan 14 potong, rusuk kiri 25 potong, leher tiga potong, selangka dua potong, pangkal kaki dua potong.
Kemudian, tulang ekor 14 potong, kaki belakang enam ekor, kaki depan enam ekor, telakop kaki depan enam potong dan kuku depan 13 buah.
(T.S031/R010/P003)